RyoGustyaMaya

Hipertensi dalam Kehamilan

Posted on: September 13, 2011

Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam Kehamilan adalah penyebab kematian utama ketiga pada ibu hamil setelahperdarahan dan infeksi.
Bagaimana suatu peristiwa kehamilan dapat memicu atau memperberat hipertensi merupakan pertanyaan yang masih belum memperoleh jawaban yang memuaskan.
Angka kejadian Hipertensi dalam Kehamilan kira-kira 3.7 % seluruh kehamilan.

WHO meninjau secara sistematis angka kematian ibu di seluruh dunia (Khan dan rekan, 2006), di negara-negara maju, 16 persen kematian ibu disebabkan karena hipertensi. Persentase ini lebih besar dari tiga penyebab utama lainnya: perdarahan-13 persen, aborsi-8 persen, dan sepsis-2 persen. Di Amerika Serikat pada tahun 1991-1997, Berg dan rekan (2003) melaporkan bahwa hampir 16 persen dari 3.201 kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Belakangan, Berg dan rekan kerja (2005) kemudian melaporkan bahwa lebih dari separuh kematian yang berkaitan dengan hipertensi dapat dicegah.Bagaimana kehamilan memperburuk hipertensi tetap belum terpecahkan meskipun telah dilakukan berbagai penelitian intensif. Memang, gangguan hipertensi tetap antara masalah yang belum terpecahkan yang paling penting dan menarik dalam kebidanan (http://www.emir-fakhrudin.com/2010/12/hipertensi-dalam-kehamilan.html)

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang Hipertensi dalam kehamilan.

  1. Hipertensi Esensial
  1. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan risiko kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata. Hipertensi ini dijumpai pada 1-3% dari seluruh kehamilan.

  1. Penyebab

Faktor Keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran memicu hipertensi

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga berpengaruh memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

Kegemukan

Merupakan ciri khas dari populasi hipertensi.  Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

  1. Tanda-Tanda
  • Tekanan darah di atas normal (systole > 140 mmHg, diastole >90 mmHg)
  • Keluhan umum : sakit kepala, rasa tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur, epistaksis, disines atau migren, sampai keluhan mudah marah.
  • Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm.
  • Selama trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas normal Pada kehamilan setelah 30 minggu 30% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darahnya namun tanpa gejala, selanjutnya meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang-kadang lebih tinggi.
  • Kira-kira 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok, bisa disertai  protein uria dan odema. (Pre eklamsi tidak murni) dengan keluhan: sakit kepala, nyeri epigastrium, mual muntah dan gangguan pengelihatan.
  1. Macam-macam

Hipertensi secara umum dapat dikatagorikan sebagai :

  • Hipertensi Ringan : bila tekanan diastolik antara 90 – 110 mmHg
  • Hipertensi Sedang : bila tekanan diastolik antara 110 -130 mmHg
  • Hipertensi Berat : bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

Sedangkan hipertensi esensial dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu:

  • Hipertensi Esensial Jinak : tekanan darah sekitar 140/90 mmHg s/d 160/100 mmHg
  • Hipertensi Esensial Ganas: tekanan darah sistolik mencapai 200 mmHg atau lebih
  1. Penanganan
  • Dalam kehamilan
  1. Dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasikan kepada ahli.
  2. Dianjurkan cukup istirahat, menjaga kestabilan emosi dan jangan bekerja cukup berat.
  3. Penambahan berat badan yang agresif harus dicegah, dianjurkan untuk diet tinggi protein, diet rendah garam (dengan mengurangi konsumsi garam dari 10 gram/hari menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan tekanan darah, diet rendah garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko hipokalemi yang timbul pada pengobatan dengan diuretic), Diet rendah lemak (telah terbukti pula bisa menurunkan tekanan darah). Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol telah dibuktikan dalam banyak penelitian bisa menurunkan tekanan darah.
  4. Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin seperti elektrokardiografi fetal, USG, amnioscopi, pH darah janin dan sebagainya.

Pemberian obat-obatan:

  1. Antihipertensif: serpasil, katapres, minipres.
  2. Obat penenang : fenobarbital, valium, frisium ativan.
  • Pengakhiran kehamilan (baik yang muda ataupun aterm, janin masih hidup ataupun sudah mati) dilakukan jika ada tanda-tanda hipertensi ganas dan lakukan diskusi antar disiplin ilmu untuk memastikan minimalisasi ancaman terhadap jiwa ibu.
  • Dalam Persalinan
  1. Kala I akan berlangsung tanpa gangguan
  2. Kala II memerlukan pengawasan yang cermat dan teliti bila ada tanda-tanda penyakit bertambah berat dan pembukaan hampir atau sudah lengkap ibu dilarang mengedan kala II diperpendek dengan ekstrasi vakum atau forceps.
  3. Pada primitua dengan anak hidup dilakukan seksio secaria secara segera.

2. PIH

A. Pengertian

Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolong parah/berbahaya. Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia/eklamsia dimasa kehamilannya itu. Hipertensi yang diinduksi kehamilan (Pregnarcy-induced hypertension, PIH) dahulu disebut ‘tokesemia kehamilan’ atau pre eklampsia. PIH merupakan 80 persen dari semua kasus hipertensi pada kehamilan dan mengenai antara 3-8 persen pasien, terutama primigravida, pada kehamilan trimester kedua.

B. Penyebab

Etiologi PIH tidak diketahui tetapi semakin banyak bukti bahwa gangguan ini disebabkan oleh gangguan imunologik dimana poduksi antibodi penghambat berkurang. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu hingga mengganggu fungsi plasenta. Ketika kehamilan berlanjut, hipoksia plasenta menginduksi proliferasi sitotrofoblas dan penebalan membran basalis trofoblas yang mungkin mengganggu fungsi metabolik plasenta. Sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel sel endotelial plasenta berkurang dan sekresi trombosan oleh trombosit bertambah, sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini terjadilah pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50 persen, hipertensi ibu, dan penurunan volume plasma ibu. Jika vasospasmenya menetap, mungkin akan terjadi cedera sel epitel trofoblas, dan fragmen fragmen trofoblas dibawa ke paru-paru dan mengalami destruksi sehingga melepaskan tromboplastin. Selanjutnya, troboplastin menyebabkan koagulasi intravaskular dan deposisi fibrin di dalam glomeruli ginjal (endoteliosis glomerular) yang menurunkan laju filtrasi glomerulus dan secara tidak langsung meningkatkan vasolconstriksi. Pada kasus berat dan lanjut, deposit fibrin ini terdapat di dalam pembuluhdarahsistemsarafpusat,sehinggamenyebabkankonvulsi.

C. Macam – macam

Tidak ada klasifikasi PIH yang diterima secara umum. Pada masing masing kasus, tekanan darah diukur setinggi jan¬tung. Pasien setengah berbaring atau berbaring miring ke satu sisi, setelah istirahat selama 10 menit jika pasien berobat jalan.

  1. Potensial PIH

Tekanan darah pasien terukur meningkat >30 mmHg pada tekanan sistolik dan >15 mmHg pada    tekanan diastolik di atas tekanan diastolik basal. Hal ini harus dianggap sebagai peringatan akan terjadinya PIH, dan pasien harus diperiksa lebih sering oleh tenaga kesehatan profesional.

  1. PIH Ringan (juga dikenal hipertensi keharnilan)

Tekanan darah diastolik pasien 90 99 mrnHG, dan kenaikan ini paling sedikit terdeteksi dalam dua kali pemeriksaan yang sekurang kurangnya berselang 6 jam. Urin tidak me¬nunjukkan protein signifikan (<30 mg/dl). PIH ringan hanya memberikan risiko sedikit bagi ibu atau janin.

  1. P1H Sedang

Tekanan darah pasien terletak antara 140 170/100 110, yang dikonfirmasi dalam dua kah perneriksan berturut turut setelah istirahat. Jika didapati protein urin signifikan (>30 dan <300 mg/dl), kategori ini berubah menjadi PIH berat.

  1. P1H Berat (juga dikenal sebagai pre eklampsia atau gestational proteinuric hypertension)

Tekanan darah pasien melebihi 170/110 dan/atau terdapat proteinuria nyata. P1H berat mengenai kira kira 1 persen primigravida.

  1. Eklampsia iminens

Di samping tanda tanda PIH berat, pasien juga mengeluh sakit kepala berat, penglihatan kabur atau nyeri epigastrik dan hiperrefleksia.

  1. Edema

Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH tetapi hanya mempunyai sedikit nilai diagnostik kecuali jika edemanya generalisata, karena edema sarna seringnya dengan edema pada wanita yag tidak mengalami gangguan antenatal.

D. Penanganan secara umum

Pada penatalaksanaan PIH, tidak ada konsensus tentang pengobatannya, dan beberapa studi tersamar ganda (doubled blind) telah dilakukan.
Tujuan perawatan adalah memungkinkan pertumbuhan janin berlangsung terus hingga cukup matur clan dapat bertahan hidup di luar uterus, atau diperkirakan risiko kernatian intra uteri lebih besar daripada keberadaannya di luar uterus. Lamanya perawatan tergantung pada:

Keparahan PIH,

Lamanya kehamilan,

Respon pasien terhadap perawatan.

E. Pencegahan PIH

Pengetahuan fisiopatologi PIH, meskipun bersifat dasar, telah memberikan cara cara pencegahan gangguan ini. Tidak ada pencegahan yang berhasil, kecuali mungkin aspirin yang telah diperlihatkan menurunkan produksi vasokonstriktor proagregasi tromboxane A2 oleh trombosit. Sayang, pemberian aspirin (75mg) tiap hari kepada ibu yang mempunyai risiko lebih tinggi mengalami PIH terbukti tidak efektif.

F. Tanda – tanda

  • Tekanan darah yang meningkat, systole >140mmHg dan diastole >90mmHg. TD systole meningkat 30mmHg diatas nilai normal dan TD diastole meningkat 15mmHg di atas nilai normal.
  • Protein urine
  • Edema

 3. PRE EKLAMPSIA

a. Pengertian

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umunya terjadi pada tw III pada kehamilan. (Prawirohardjo, 2005)

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema yang kadang – kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya. (Muchtar, 1998).

b. Penyebab

Penyebab preeklampsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung – hubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya PEdisebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori – teori tersebut yaitu :

a)      Peran prostasiklin dan troboksan

b)      Peran factor imunologis

c)       Factor genetic

c. Jenis-Jenis

  1. PE ringan

PE ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

Gejala klinis PE ringan meliputi :

  1. kenaikan TD sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari TD sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 – 160 mmHg dan diastole 90 – 100 mmHg.
  2. Protein urin : secara kuantitatif > 0,3 gr / L dalam 24 jam atau secara kualitatif + 2.
  3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

Pemeriksaan dan diagnostic untuk menunjang keyakinan bidan atas kemungkinan ibu mengalami PE ringan di tandai dengan yaitu kehamilan > 20 minggu, kenaikan TD 140/90 mmHg atau  lebih dengan pemeriksaan  dua kali selama 6 jam  selama istirahat, edema tekan pada tungkai( pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan, protein urin > 0,3 gr / L / 24 jam, kualitatif + 2

Penanganan :

    • Penatalaksanaan rawat jalan pasien PE ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur atau miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; pemberian sedative ringan : tablet phenoberbital 3x30mg atau diazepam 3x2mg/oral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang setiap 1 minggu; pemeriksaan lab : Hb, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan ginjal.
    • Penatalaksanaan rawat inap pasien PE ringan berdasarkan kriteria : setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala PE; kenaikan BB 1 kg atau lebih/ minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda PE berat.

Perawatan obstetric pasien PE ringan :

  • Kehamilan preterm (< 37 minggu) bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
  • Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih): persalinan ditunggu sampai terjadi tanda-tanda adanya persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
  • Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II .
  1. PE berat

PE berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Gejala dan tanda PE berat :

    • Tekanan darah sistol > 160 mmHg
    • TD diastole > 110 mmHg
    • Trombosit < 100.000/mm3
    • Oligouria < 400 mL/24 jam
    • Proteinuria > 3gr/L
    • Nyeri epigastrium
    • Gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
    • Perdarahan retina
    • Udema pulmonum

Ditinjau dariUKdan perkembangan gejala-gejala PE berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

  • Perawatan Aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah dengan pengobatan medis.
  • Perawatan Konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah dengan pengobatan medis.
  1. PE berat pada persalinan

Penanganan ibu dengan PE berat saat persalinan, dilakukan tindakan penderita dirawat inap antara lain :

  • Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi; Berikan diet rendah garam, lemak dan tinggi protein; Berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan dan 4 gr di bokong kiri, suntikkan dapat diulang dengan dosis 4 gr/jam; syarat pemberian MgSO4 adalah reflek patella +, diuresis 100cc dalam 4 jam terakhir, RR 16x/mnt dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10cc; infuse dekstros 5% dan RL; Berikan obat anti hipertensi: injeksi katapres 1 ampul 1mg dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3×1/2 tablet atau 2×1/2 tablet/hari; Diuretik tidak diberikan, kecuali terdapat udem umum, udema paru dan kegagalan jantung kongestif.
  • Kala II harus dipersingkat dalam waktu 24 jam dengan ekstraksi vakum atau forcep, jadi ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh daktor SPOG); jangan berikan methergin postpastum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4gr setiap 4 jam dalam 24 jam PP.
  • Bila ada indikasi obstetric dilakukan SC, perhatikan bahwa: tidak terdapat koagulopati; Anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi umum jangan lakukan anastesi local.
  • Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500mL dextrose 10 tetes/mnt atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh diberikan oleh bidan).

Deteksi dini:

KarenaPEtidak dapat dicegah, yang terpenting adalah bagaimana penyakit ini dapat dideteksi sedini mungkin. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan TD secara rutin pada saat ANC. Karena itu ANC rutin mutlak dilakukan agar PE dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih fatal. Pemeriksaan TD harus silakukan dengan seksama, dan usahakan dilakukan oleh orang yang sama misalnya Bidan atau Dokter. 

4. EKLAMPSIA

a.       Pengertian

Eklampsi adalah kelainan akut pada wania hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan adanya kejang ( bukan timbul akibat kelainan neorologik) dimana sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala pre-eklamsi (ernina 2008)

Eklampsi adalah penyakit dengan kejang dan, pada wanita hamil dan wanita dalam masa nifas disertai dengan hipertensi, odema, dan protein uri (Sulaiman 1984)

b.      Penyebab

Penyebab terjadinya eklampsia adalah penanganan dari pre-eklampsia yang tidak adekuat.

c.       Tanda-tanda

Mulanya kejang di dahului oleh makin memburuknya eklampsi dan terjadi gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan pengelihatan, mual, nyeri epigastrium dan hipereflesia. Gejala eklampsi di bagi menjadi 4 tingkat yaitu :

  1. Tingkat awal atau aura, keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangan dan kepala di putar ke kanan ataupun ke kiri.
  2. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik. Dal;am tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan mengenggam dan kaki bengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianosis dan lidah dapat tergigit.
  3. Stadium ini kemudian di susul oleh tingkat kejang klonik ynag berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Dari mulut keluar ludah yang berbusa, muka menunjukan kongesti dan sianosis. Kejang dapat terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.
  4. Tingkat koma. Lamanya ketidaksadarab tidak selalu sama, secara perlahan-lahan penderita akan sadar akan tetapi sebelumnya telah timbul serangan baru yang berulang sehingga dia tetap dalam koma.

d.      Macam-macam

Menurut saat terjadinya eklamsi di bagi dalam tiga istilah :

  1. Eklampsi Antepartum yaitu eklamsi yang terjadi sebelum persalinan.
  2. Eklampsi Intrapartum yaitu eklampsi yang terjadi saat persalinan
  3. Eklampsi Postpartum yaitu eklampsi yang terjadi setelah persalinan.

e.    Penanganan

Tujuan utama penanganan eklampsi adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu membaik

Penanganan yang di lakukan :

  1. beri obat anti konvulsan.
  2. perlengkapan untuk penanganan kejang( jalan napas, sedotan, masker oksigen, oksigen).
  3. lindungi pasien dari kemungkinan trauma ( aspirasi mulut dan tenggorokan ).
  4. baringkan pasien pada sisi kiri , posisi trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
  5. beri oksigen 4-6 liter per menit.

Untuk menjaga agar tidak tejadi kejang lagi dapat di berikan beberapa penanagan :

  1. berikan sodium pentotal yang berguna untuk menghentikan kejang dengan segera bila di berikan secara intra vena. Obat ini hanya di berikan di rumah sakit dengan pengawasan. Dosis inisial yang dapat di berikan 0,2-0,3 gram dan di suntikkan perlahan-lahan.
  2. berikan sulfas magnesicus untuk mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan neuromuscular
  3. berikan litic cocktail yang terdiri atas petidine 100mg, klopromazin 100mg dan prometezin 50mg dan di larutkan dalm glukosa 5% sebanyak 500ml serta di berikan secara IV.
  4. kalori yang adekuat di berikan untuk menghindari katabolisme jaringan dan asidosis dengan memberikan glukosa 10% atau larutan asam amino.

Setelah kejang dapat di atasi dan keadaan umum penderita dapat di atasi maka di rencanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalian dengan cara yang aman.

Pengakhiran kehamilan tergantung dari keadaan serviks, komplikasi obstetric, parietas, adanya ahli anastesi. Pada eklampsi gravidarum perlu dilakukan induksi amniotomi dan infuse pitocin setelah penderita bebas dari serangan kejang selama 12 jam dan keadaan serviks mendukung.

Jika persalinan sudah mulai pada kala I melakukan ektraksi vakum atau cunam bila syarat telah terpenuhi setlah kelahiran perawaan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam.

Demikian informasi terkait Hipertensi dalam Kehamilan, semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya yaaa…. 🙂

Tags:

2 Responses to "Hipertensi dalam Kehamilan"

hayooo cepat diperbarui blog ini sebelum di kumpul
🙂

mohon bantuannyaaaaaaaa…… >o<

Leave a comment


  • None
  • gusti ayu mahayanti: klo gt anaknya bisa golda a, b, o jg ab.. klo hamil yg pnting rh darahanya juga mbak..
  • jili: kl golongan darah ibu O dan golongan darah bapa AB.. anaknya ikut golongan darah mana..?
  • gusti ayu mahayanti: waaahh, maap-maap, saya dapet dari buku (sumbernya uda tercantum deh kayaknya...) namanya juga prediksi,. ayooo mas, buat dong kriteria baru yang golo

Kalender 2011

September 2011
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930  

Pengunjung...

  • 7,475 Pengunjung

Arsip